Lenong yang Semakin Terpinggirkan di Tanah Betawi

Bookmark and Share
Lenong yang Semakin Terpinggirkan di Tanah Betawi <img src="http://images.detik.com/content/2011/04/21/1059/harrydefretes2d-komario.jpg" alt="Lenong yang Semakin Terpinggirkan di Tanah Betawi" width="286" height="330" hspace="0" vspace="0" border="0" />
Harry (Komario/detikhot)
Jakarta Pentolan 'Lenong Rumpi' Harry De Fretes prihatin dengan kesenian Lenong yang semakin terpinggirkan dan terlupakan. Harry berharap agar anak muda Indonesia mau lebih peduli dengan kebudayaannya.

Semenjak 2 tahun terakhir ini Harry mengamati perkembangan seni Lenong Betawi di Jakarta. Lebih umum seni tradisi yang digeluti anak muda Jakarta sangat kurang. Pergaulan anak muda Jakarta sudah masuk ke dalam ambang pergaulan modern dengan berkiblat ke barat.

Dari kekhawatiran itulah Harry beranggap harus ada yang melestarian Lenong, yaitu dimulai dari anak muda. Jika tidak, Jakarta, khususnya Betawi akan kehilangan identitasnya.

'Kalau tidak ada yang menanam maka nggak ada yang menuai di kemudian hari. Itu sangat sayang,' kata pria yang berlakon sebagai 'Boim' di 'Lenong Rumpi' saat berbincang dengan detikhot di Cipete, Jakarta Selatan.

Di era 90-an awal Lenong masih terlihat dan eksis, bahkan di layar kaca dengan 'Lenong Rumpi' dan 'Lenong Bocah'nya. Namun seiring perkembangan dunia informasi, termasuk pertelevisian, mereka pun tergerus. Generasi Lenong tradisi yang masih eksis di panggung sampai saat ini di antaranya Nirin Kumpul dan Mpok Nori, namun mereka sudah tua.

Namun pementasan Lenong tersebut, hasil pengamatan Harry sudah sangat jarang, karena tidak dilirik oleh warganya. Kalau pun ada, Lenong hanya adakan untuk acara yang sifatnya privasi, semacam acara kawinan atau sunatan. Lenong tidak lagi disandingkan sebagai puncak sebuah acara rakyat.

'17-an atau kawinan aja sudah banyak yang nangkep dangdut atau orgen tunggal. Emang nggak ape-ape, tapi ini Lenong gimana nasibnye?' ujar Harry dengan nada Betawi kental.

Harry menuturkan, kalau pun ada yang memakai jasa Lenong untuk acara pribadi, itu terbilang mahal. Misalnya saja grup Lenong Mpok Nori yang bernama Noray seharga Rp 15-20 juta sekali pementasan. Itu terbilang murah jika dilihat keperluan alat-alat Lenong dan cerita yang disajikan Noray. Angka tersebut akan sangat mahal jika dibanding harga organ tunggal ataupun dangdut yang seharga Rp 5-7 juta per sekali pentas.

'Tapi memang kalau dilihat keseluruhan, itu jauh. Lebih seru Lenong,' kata Harry

Lanjut Harry, mahalnya Lenong di Jakarta bukan dilihat dari nilai harga pementasan, melainkan karena sudah jarangnya pementasan Lenong di tempat publik dan untuk publik.

Lenong, pada dasarnya adalah teater tradisi Betawi. Di masa lampau Lenong bisa dipakai untuk menghibur rakyat. Namun di sisi lain Lenong pun sebagai alat pembelajaran, semisal sopan santun dan budi pekerti.

'Sebenarnya kebanyak lucu. Tapi lucu bukan sebagai menu utama, Tapi mengusung cerita. Ceritanya itu mengandung sauri teladan yang bisa diambil penontonnya. Ini yang kita kembangkan, biar mereka bisa mengemas cerita yang baik. Di Lenong kita bisa belajar yang namanya sopan santun, misal datang dengan mengucapkan 'Assalamualaikum'. Kalau sekarang kan main nyelonong aja, antara anak ke orangtua sudah seenaknya,' jelasnya.

Melihat semakin dikitnya Lenong, sebagai orang asli Jakarta, Harry pun mempunyai ide untuk membuat sebuah lomba bernama 'Ekspresi Petasan : Pentas Anak Sekolahan' bersama Ingrid Widjanarko, Bens Leo dan Sutradara Aditia Gumay. 'Petasan' mengkhususkan lomba menyanyi, melenong, dan menari seni. Khusus Lenong, Harry akan serius. Lomba tersebut diharapkan 20 tahun ke depan akan meramaikan Lenong di Jakarta, bahkan di luar daerah.

'Dengan itu Lenong bisa jadi rame dan bukan barang yang mahal lagi,' ungkapnya.

Di lomba tersebut, Harry menjaring anak-anak sekolah di SMA Jakarta khususnya untuk mengembangkan minat mereka di bidang Lenong, menyanyi, dan menari. Ia pun sudah siap dengan timnya. Khusus Lenong, Harry benar-benar mendidik calon pesertanya di bidang kesenian Lenong. Pakem-pakem tradisi ngelenong akan diberikan secara khusus.

Harry tidak akan sembarangan membentuk 'generasi Lenong'. Diharapkan setelah selesai ajang tersebut, si pemenang bisa mempopulerkan Lenong.

Nantinya grup yang juara di lombanya tersebut akan dibuatkan sebuah musikal komedi Lenong. Pementasan musikal tersebut akan mengusung cerita berjudul 'Halte Bus Rumpi'. Judul tersebut merupakan judul pertama episode 'Lenong Rumpi'.

'Selain itu akan dibentuk sebuah komunitas yang khusus konsentrasi kepelestarian budaya Betawi, terutama Lenong. Tidak hanya pelenong atau komedian aja yang bisa masuk, jurnalis atau umum juga bisa masuk,' ujarnya.

Dengan ada komunitas tersebut diharapkan seni tradisi Betawi bisa hidup kembali. Lebih dari itu bisa menumbuhkan minat anak muda melestarikan budaya.

sumber
"
epiyon blogspot

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar

Bagaimana menurut anda tentang postingan di atas? Silahkan masukan komentar anda tapi jangan nyepam OK.