Kepala Operasi Pengisian Pesawat Udara dan Tenaga Teknik Khusus Pengawasan Mutu Bahan Bakar Penerbangan Bandara Utarum Kaimana, Hayat La Obo, mengatakan beberapa bagian dalam pesawat Merpati Nusantara Airlines MA 60 yang jatuh di Kaimana, Papua Barat, Sabtu siang, terbuat dari kayu dan bukan alumunium atau bahan baku pesawat yang bisa membuatnya bertahan dalam situasi darurat.
“Saya orang pertama yang melihat itu, buktinya ada di saya. Isi dalamnya adalah dari kayu, itu yang menyebabkan pesawat tidak bisa bertahan,” kata Hayat, Rabu, 11 Mei 2011. Menurutnya, kayu jenis tertentu yang dipakai untuk membuat bagian dalam pesawat sangat mempengaruhi MA 60. Kayu membuat pesawat kuat, tapi juga bisa membahayakan keselamatan penerbangan.
“Lah saya ada fotonya kok. Saya punya banyak sertifikat soal penerbangan, jadi ketika melihat pesawat itu bagian dalamnya dari kayu, saya langsung tahu ini ada yang kurang beres,” ujarnya. Ia menilai, bila membuat miniatur pesawat atau pesawat mainan, mungkin saja bisa dari kayu. “Tapi, ini kan tidak, saya juga punya banyak bukti yang menunjukkan bagaimana pesawat itu jatuh,” ujarnya.
Hayat mengatakan setelah pesawat terjatuh, beberapa menit kemudian ia langsung menuju lokasi dan mendapati tubuh pesawat yang hancur. Saat itu belum ada korban yang mengapung di permukaan. “Saya hanya mendapat tabung gas berwarna hijau dan sebuah sepatu. Dari posisinya, pesawat tenggelam duluan dengan sayap kiri, yang masih terlihat saat itu adalah sayap kanan,” ucapnya.
Ia menambahkan, pesawat MA 60 dirancang khusus untuk pendaratan darurat di air. “Karena bagian bawah pesawat itu mirip bagian bawah kapal yang dirancang untuk mendarat di air, tapi ini aneh, pesawat itu malah tenggelam dan bukannya mengapung,” katanya. Pesawat buatan Cina itu terdapat hingga belasan unit di Indonesia. Sementara, jenis MA 60 yang jatuh di perairan Kaimana baru menjalani 615 jam terbang dan melakukan rotasi sebanyak 764 kali penerbangan. Pesawat itu belum pernah menjalani perawatan berkala skala besar, kecuali perawatan harian dan pemantauan 100 jam.
“Saya orang pertama yang melihat itu, buktinya ada di saya. Isi dalamnya adalah dari kayu, itu yang menyebabkan pesawat tidak bisa bertahan,” kata Hayat, Rabu, 11 Mei 2011. Menurutnya, kayu jenis tertentu yang dipakai untuk membuat bagian dalam pesawat sangat mempengaruhi MA 60. Kayu membuat pesawat kuat, tapi juga bisa membahayakan keselamatan penerbangan.
“Lah saya ada fotonya kok. Saya punya banyak sertifikat soal penerbangan, jadi ketika melihat pesawat itu bagian dalamnya dari kayu, saya langsung tahu ini ada yang kurang beres,” ujarnya. Ia menilai, bila membuat miniatur pesawat atau pesawat mainan, mungkin saja bisa dari kayu. “Tapi, ini kan tidak, saya juga punya banyak bukti yang menunjukkan bagaimana pesawat itu jatuh,” ujarnya.
Hayat mengatakan setelah pesawat terjatuh, beberapa menit kemudian ia langsung menuju lokasi dan mendapati tubuh pesawat yang hancur. Saat itu belum ada korban yang mengapung di permukaan. “Saya hanya mendapat tabung gas berwarna hijau dan sebuah sepatu. Dari posisinya, pesawat tenggelam duluan dengan sayap kiri, yang masih terlihat saat itu adalah sayap kanan,” ucapnya.
Ia menambahkan, pesawat MA 60 dirancang khusus untuk pendaratan darurat di air. “Karena bagian bawah pesawat itu mirip bagian bawah kapal yang dirancang untuk mendarat di air, tapi ini aneh, pesawat itu malah tenggelam dan bukannya mengapung,” katanya. Pesawat buatan Cina itu terdapat hingga belasan unit di Indonesia. Sementara, jenis MA 60 yang jatuh di perairan Kaimana baru menjalani 615 jam terbang dan melakukan rotasi sebanyak 764 kali penerbangan. Pesawat itu belum pernah menjalani perawatan berkala skala besar, kecuali perawatan harian dan pemantauan 100 jam.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar
Bagaimana menurut anda tentang postingan di atas? Silahkan masukan komentar anda tapi jangan nyepam OK.